TUGAS MAKALAH
![Description: C:\Documents and Settings\User\My Documents\My Pictures\New Picture.png](file:///C:/Users/Dudi-PC/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.png)
Dosen Pengampu: Ustadz Sahroni
Syah
Disusun Oleh: Muhamad
Dudy Safaat
Jurusan
: Manajemen Pendidikan Islam
PROGRAM : EKSTENSI
Fakultas Tarbiyah
STAI AL-QUDWAH
DEPOK
Tahun 2015
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah Yang Maha Kuasa. karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini saya membahas mengenai Manajemen
Mutu Pendidikan
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Mutu
Pendidikan dan untuk mendalami secara spesifik mengenai Problem Pendidikan
serta beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan
tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik
yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Jakarta, 3 Juli
2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Tidak dapat dipungkiri
bahwa mutu pendidikan di idndonesia masih jauh
dari yang diharapkan, apalagi jika diabndingkan dengan mutu pendidikan
dinegara lain. Hasil survey political and economic Risk Consultancy (PERC) yang
dilakukan pada tahun 2000 tentang mutu pendidikan di mawasan Asia, menempatkan
Indonesia di ranking 12 setingkat dibawwah vietnam.
Selain itu, mutu perguruam tinggi nasional di indonesia
juga sangat rendah yang menempati rangking papan bawah dibandingkan dengan
perguruan tinggi di kawasan Asia. Hasil riset mingguan Asiaweek (www.cnn.com/AsiaNow/Asiaweek)
pada tahun 2000 menempatkan Universitas Indonesia Jakarta pada urutan 61,
universitas Gajah mada Yogyakarta 68, universitas Diponegoro Semarang 73, dan
Universitas Airlangga Surabaya 75 dari 77 univeristas multidisiplin di Asia,
Australia, dan Selandia Baru. Sedangkan untuk kategori Science and technology
schools, institut Teknologiu Bandung menduduki peringkat 21 dari 39
universitas.
Merosotnya mutu pendidikan di indonesia secara umum dan
mutu pendidikan tinggi secara spesifik dilihat dari perpektif makro dapat
disebabkan oleh buruknya sistem pendidikan nasional (PERC, 2000) dan rendahnya
Sumberdaya Manusia (SDM), yaitu menempati peringkat 113 dari 177 negara
didunia. Data ini diperoleh sesuai hasil survey tentang Human Development Index
(HDI) oleh United Nation Development Program atau UNDP (Brodjonegoro, dalam
Pikiran Rakyat, 28 oktober, 2005)
Rendahnya sumberdaya
manusia Indonesia berdasarkan hasil survey UNDP tersebut adalah akibat
rendahnya mutu pendidikan diberbagai jenis dan jenjang pendidikan, karena itu
salah satu kebijakan pokok pembangunan pendidikan nasional ialah peningkaatan
mutu dan relevansi pendidikan. Selain itu, perluasan dan pemerataaan pendidikan
serta akuntabilitas juga menjadi kebijakan pembnagunan nasional (UUSPN No. 20
Tahun 2003).
Dalam persepektif makro banyak faktor yang mempengaruhi
mutu pendidikan, diantranya faktor kurikulum, kebijakan pendidikan, fasilitaas
pendidikan, aplikasi teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan,
khusunya dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas, di laboratorium, dan
di kancah belajar lainnya.
Dalam persepektif mikrp atau tinjauan secara sempit san
khusus, faktor dominan yang berpengaruh dan berkontribusi besar terhadap ,muitu
pemdidikan ialah guru yang profesional dan gurru yang sejahtera.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI MANAJEMEN
Pengertian Manajemen | Ada banyak pendapat yang diutarakan para ahli manajemen tentangpengertian
manajemen. Oleh karena perbedaan pengertian manajemen yang
ada, pengertian manajemen terdiri atas beberapa segi.
1. Pengertian manajemen
ditinjau dari segi (art)
Pengertian manajemen
ditinjau dari segi seni dikemukakan oleh Mary Parker Follet. Follet
berpendapat bahwa pengertian manajemen ialah seni (art) dalam
menyelesaikan pekerjaan (duty) orang lain.
2. Pengertian manajemen
ditinjau dari segi ilmu pengetahuan
Pengertian manajemen
ditinjau dari segi ilmu pengetahuan dikemukakan olehLuther Gulick.
Gulick mengatakan bahwa pengertian manajemen adalah bidang
pengetahuan yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan
bagaimana manusia bekerja sama untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi
kemanusiaan.
3. Pengertian Manajemen
ditinjau dari segi proses
Pengertian manajemen
ditinjau dari segi proses menurut James A.F. Stoner. Stoner
berpendapat bahwa definisi manajemen adalah proses perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (leadership) dan
pengawasan (mengendalikan /controlling) kegiatan anggota dan tujuan
penggunaan organisasi yang sudah ditentukan.
Pengertian dan Definisi
Manajemen menurut ahli lainnya:
Pengertian
manajement menurut George R. Terry (1977) bahwa pengertian manajemen adalah
suatu proses yang terdiri dari planning (perencanaan), organizing
(pengorganisasian), actuating, dan controlling (pengendalian) yang dilakukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan menggunakan manusia dan
sumber daya lainnya
Dari
berbagai pengertian manajemen diatas, dapat kita rumuskan bahwa pengertian dan
definisi manajemen adalah proses perencanaan pengorganisasian, kepemimpinan,
dan pengendalian kegiatan anggota organisasi dan proses penggunaan sumber daya
organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Jenjang (Hierarki) Manajemen
Organisasi
atau badan usaha umumnya memiliki sedikitnya 3 jenjang (tingkatan) manajemen
yaitu manajemen pelaksana, manajemen menengah, dan manajemen puncak.
Manajemen
puncak (Top Management)
Manajemen
puncak adalah jenjang (hirarki) manajemen tertinggi. Jenjang (hirarki) manajemen
tertinggi atau puncak biasanya terdiri atas dewan direksi (board direction) dan
direktur utama. Dewan direksi memiliki tugas memutuskan hal hal yang bersifat
sangat penting untuk bertahannya perusahaan. Manajemen puncak (Top management)
bertugas menetapkan kebijaksanaan operasional dan membimbing interaksi antara
organisasi dengan lingkungan.
Manajemen
menengah (Middle Management)
Manajemen
menengah biasanya memimpin suatu divisi atau departemen. Middle
Management bertugas dalam mengembangkan rencana-rencana operasi
(operation plan) dan menjalankan tugas tugas yang telah ditetapkan manajemen
puncak (Top Management). Manajemen menengah bertanggung jawab kepada manajemen
puncak.
Manajemen
pelaksana (Supervisory management)
Pengertian
Manajemen pelaksana adalah hiraki manajemen yang memiliki tugas dalam
menjalankan rencana-rencana yang dibuat oleh manajemen menengah. Manajemen
pelaksana atau supervisory management juga bertugas dalam melaksanakan
pengawasan terhadap para pekerja dan memiliki tanggung jawab pada manajemen
menengah (middle management).
Jenjang
manajemen diatas dapat diilustrasikan sebagai piramida.
Puncak
piramida diduduki oleh manajemen puncak, tengah piramida diduduki oleh
manajemen menengah, dan bawah piramida oleh manajemen pelaksana.
Gambar
piramida yang semakin melebar ke bawah menunjukkan bahwa jumlah orang yang
menduduki jabatan manajemen puncak lebih sedikit daripada orang yang menduduki
jabatan manajemen menengah dan pelaksana. Begitu juga dengan orang yang
menduduki jabatan manajemen menengah, jumlanya lebih banyak daripada manajemen
puncak, tetapi tidak sebanyak manajemen pelaksana. Perhatikan garis komando dan
arah pertanggungjawaban pada piramida.
Prinsip
Manajemen Oleh Henry Fayol
- Pembagian Kerja
- Otoritas/Wewenang
- Disiplin (Discipline)
- Kesatuan Perintah (Unity of Command)
- Kesatuan arah (Unity of Direction)
- Kepentingan bersama haruslah lebih diutamakan daripada
kepentingan pribadi (Subordination of Individual Interest to the
common Good)
- Pemberian upah (Renumeration)
- Pemusatan (Centralization)Pengambilan keputusan
yang menggunakan berbagai pertimbangan atasan.
- Jenjang jabatan (Hierarki) : Jenjang jabatan dalam suatu
organisasi sering digambarkan dengan garis garis rapi dalam bagan
organisasi. Kedudukan manajemen puncak hingga ke manajemen bawah
ditunjukkan dalam bagan dibawah.
- Tata tertib (Order)
- Kesamaan (Equity)
- Kestabilan staf (Stability of Staff)
- Inisiatif (Initiative)
- Semangat Korps (Esprit de Corps)
B.
DEFINISI
MUTU
Mutu memiliki beberapa
pengertian yang berbeda menurut para ahli. Phil Crosby,misalnya, menyatakan
mutu berarti kesesuaian terhadap persyaratan ,seperti jam tahan air, sepatu
tahan lama, dokter yang ahli,dll. Dokter yang mampu mendiagnosa dengan tepat
penyakit pasiennya digolongkan sebagai dokter yang ermutu. Sementara Edward
Deming ,menyatakan mutu berarti pemecahan masalah untuk mencapai penyempurnaan
terus menerus seperti Kaizen di Toyota. Dalam hal ini berarti mutu berarti
sesuatu yang kontinu, senantiasa ada perbaikan,tidak stagnan. K.Ishikawa,
pencipta diagram tulang ikan, menyatakan mutu berarti kepuasan pelanggan,baik
pelanggan internal maupun eksternal. Kepuasan pelanggan internal akan
menyebabkan kepuasan pelanggan eksternal.
1. mutu pndidikan?
Menurut Umaedi, Mutu
mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya)
baik berupa barang maupun jasa; baik yang tangible maupun yang intangible.
Dalam konteks pendidikan pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada proses
pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam "proses pendidikan" yang
bermutu terlibat berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif, afektif, atau
psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana, dukungan
administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan
suasana yang kondusif.
Dari sisi guru, mutu dapat dilihat dari seberapa optimal guru mampu memfasilitasi proses belajar siswa. Menurut Djemari Mardapi bahwa setiap tenaga pengajar memiliki tanggung jawab terhadap tingkat keberhasilan siswa belajar dan keberhasilan guru mengajar. Sementara itu dari sudut kurikulum dan bahan belajar mutu dapat dilihat dari seberapa luwes dan relevan kurikulum dan bahan belajar mampu menyediakan aneka stimuli dan fasilitas belajar secara berdiversifikasi. Dari aspek iklim pembelajaran, kualitas dapat dilihat dari seberapa besar suasana belajar mendukung terciptanya kegiatan pembelajaran yang menarik, menantang, menyenangkan dan bermakna bagi pembentukan profesionalitas kependidikan.
Sedangkan Departemen pendidikan nasional, Direktorat jendral pendidikan dasar dan menengah (Dit.Dikdasmen) menyatakan bahwa Secara umum, mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan.
Dari sisi guru, mutu dapat dilihat dari seberapa optimal guru mampu memfasilitasi proses belajar siswa. Menurut Djemari Mardapi bahwa setiap tenaga pengajar memiliki tanggung jawab terhadap tingkat keberhasilan siswa belajar dan keberhasilan guru mengajar. Sementara itu dari sudut kurikulum dan bahan belajar mutu dapat dilihat dari seberapa luwes dan relevan kurikulum dan bahan belajar mampu menyediakan aneka stimuli dan fasilitas belajar secara berdiversifikasi. Dari aspek iklim pembelajaran, kualitas dapat dilihat dari seberapa besar suasana belajar mendukung terciptanya kegiatan pembelajaran yang menarik, menantang, menyenangkan dan bermakna bagi pembentukan profesionalitas kependidikan.
Sedangkan Departemen pendidikan nasional, Direktorat jendral pendidikan dasar dan menengah (Dit.Dikdasmen) menyatakan bahwa Secara umum, mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan.
2. macam pndkatan
terhadap mutu?
-Pendekatan Makro
a. Merancang Program
Pembelajaran yang Unggul
b. Merumuskan Kembali
Tujuan Kurikulum PAI
c. Menciptakan Sumber
Belajar Unggul
-Pendekaran Mikro
a. Menentukan Tujuan
Materi
b. Mengukur Kemampuan
Awal Siswa dan Solusinya
c. Pembentukan
Perfomansi (perilaku)
d. Menyusun Evaluasi
C. DEFINISI
PENDIDIKAN
Langeveld
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,
perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan
anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas
hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan
oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan
sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.
John Dewey
Pendidikan
adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual
dan emosional kearah alam dan sesama manusia.
J.J. Rousseau
Pendidikan
adalah memberi kita perbekalan yang ada pada masa kanak-kanak sampai remaja
yang nantinya akan dibutuhkan pada saat kita dewasa nanti..
Carter V.Good
b. Ilmu
yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan
metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid; dalam arti luas
digantikan dengan istilah pendidikan. [1]
=== Faktor Pendidik ===
Pendidik adalah orang yang memikul
pertanggungjawaban untuk mendidik. Dwi
Nugroho Hidayanto, menginventarisasi bahwa pengertian pendidik meliputi:
a. Orang
Dewasa
b. Orang
Tua
c. Guru
d.
Pemimpin Masyarakat
Karakteristik
yang harus dimiliki pendidik dalam melaksanakan tugasnya dalam mendidik[1], yaitu
a. kematangan diri yang stabil,
memahami diri sendiri, mandiri, dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan.
b. kematangan sosial yang stabil,
memiliki pengetahuan yang cukup tentang masyarakat, dan mempunyai kecakapan
membina kerjasama dengan orang lain.
c. kematangan profesional (kemampuan mendidik), yaitu menaruh
perhatian dan sikap cinta terhadap anak didik serta mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang latar belakang anak didik dan perkembangannya,
memiliki kecakapan dalam menggunkan cara-cara mendidik.
Kriteria kualitas guru yang dibutuhkan dalam pendidikan adalah
b. Guru
sebagai penginisiasi
c. Guru
sebagai pemotivasi
d. Guru
sebagai pengamat
e. Guru
sebagai pengantisipasi
f. Guru
sebagai model
g. Guru
sebagai pengevaluasi
h. Guru
sebagai teman berjelajah bersama anak didik
i. Promotor agar anak menjadi pembelajar sejati
Ki Hajar Dewantara
Pendidikan
yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan
yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan
dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Faktor Pendidik
Pendidik adalah orang yang memikul
pertanggungjawaban untuk mendidik. [1]. Dwi Nugroho Hidayanto, menginventarisasi bahwa pengertian pendidik meliputi:
Menurut UU No. 20 tahun 2003
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara.
Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989
Pendidikan
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. [1]88er568ew8uswu,
Langeveld
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,
perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan
anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas
hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang
diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari,
dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.
John Dewey
Pendidikan
adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual
dan emosional kearah alam dan sesama manusia.
J.J. Rousseau
Pendidikan
adalah memberi kita perbekalan yang ada pada masa kanak-kanak sampai remaja
yang nantinya akan dibutuhkan pada saat kita dewasa nanti..
Carter V.Good
b. Ilmu
yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan
metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid; dalam arti luas
digantikan dengan istilah pendidikan.
Faktor Tujuan
Di dalam UU
Nomor 2 tahun 1989 secara
jelas disebutkan Tujuan
Pendidikan Nasional, yaitu "Mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantab dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan." [1]
Sesungguhnya
faktor tujuan bagi pendidikan adalah:
a.
Sebagai Arah Pendidikan,
tujuan akan menunjukkan arah dari suatu usaha, sedangkan arah menunjukkan jalan
yang harus ditempuh dari situasi sekarang kepada situasi berikutnya. [1]
b.
Tujuan sebagai titik akhir,
suatu usaha pasti memiliki awal dan akhir. Mungkin saja ada usaha yang terhenti
karena sesuatu kegagalan mencapai tujuan, namun usaha itu belum bisa dikatakan
berakhir. Pada umumnya, suatu usaha dikatakan berakhir jika tujuan akhirnya
telah tercapai. [1]
c.
Tujuan sebagai titik pangkal
mencapai tujuan lain, apabila tujuan merupakan titik akhir dari usaha, maka
dasar ini merupakan titik tolaknya, dalam arti bahwa dasar tersebut merupakan
fundamen yang menjadi alas permulaan setiap usaha.
d. Memberi nilai pada usaha yang dilakukan
Faktor Anak Didik
Anak
didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok
orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. [1] Sedang
dalam arti sempit anak didik ialah anak (pribadi yang belum dewasa) yang
diserahkan kepada tanggung jawab pendidik. [1]. Salah satu pertanda bahwa
seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. [3]. Dengan demikian, pendidikan
berusaha untuk membawa anak yang semula serba tidak berdaya, yang hampir
keseluruhan hidupnya menggantungkan diri pada orang lain, ke tingkat dewasa, yaitu keadaan di mana anak sanggup
berdiri sendiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, baik secara individual,
secara sosial maupun secara susila. [1]
Faktor Alat Pendidikan
Pengajaran
yang baik adalah Alat Pendidikan yang terutama. [4]. Alat Pendidikan merupakan faktor
pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan
yang diinginkan. [1]
Ditinjau dari wujudnya, alat pendidikan dapat berupa:
a. Perbuatan Mendidik (biasa disebut piranti lunak); mencakup nasihat, teladan, larangan, perintah, pujian, teguran, ancaman, dan hukuman. [1]
b.
Benda-benda sebagai alat Bantu (biasa disebut piranti
keras); mencakup meja kursi, belajar, papan tulis, penghapus, kapur tulis,
OHP, dan sebagainya. [1]
Faktor Lingkungan
Pada
dasarnya lingkungan mencakup:
b. Kebudayaan (Lingkungan Budaya); dengan warisan
budaya tertentu bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup,
keagamaan. [1]
c. Kelompok hidup bersama (Lingkungan sosial atau masyarakat)
keluarga, kelompok bermain, desa, perkumpulan. [1]
Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan pendidikan meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan organisasi pemuda, yang ia sebut dengan Tri Pusat Pendidikan. [1]
a. Lingkungan Keluarga (Komunitas utama)
Pendidikan Keluarga berfungsi:
1.
Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak.[1]
4.
Memberikan dasar pendidikan sosial.[1]
b. Lingkungan Sekolah
Tidak
semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama
dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ketrampilan. Karena jika ditilik dari sejarah
perkembangan profesi guru, tugas mengajar sebenarnya adalah pelimpahan dari
tugas orang tua karena tidak mampu lagi memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap-sikap tertentu sesuai dengan perkembangan zaman.
Fungsi Sekolah antara lain:
1.
Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta
menanamkan budi pekerti yang baik.
2.
Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar
atau tidak dapat diberikan di rumah.
3.
Sekolah melatih anak-anak memperoleh keahlian-keahlian seperti membaca,
menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain yang sifatnya mengembangkan
kecerdasan dan pengetahuan.
5.
Memelihara warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan
warisan kebudayaan kepada generasi muda, dalam hal ini tentunya anak didik.
c.
Lingkungan Organisasi Pemuda
Peran
organisasi pemuda yang terutama adalah mengupayakan pengembangan sosialisasi
kehidupan pemuda. Melalui organisasi pemuda berkembanglah semacam kesadaran
sosial , keahlian-keahlian di dalam pergaulan dengan sesama kawan (kemampuan
bersosial) dan sikap yang tepat di dalam membina hubungan dengan sesama
manusia (perilaku bersosial). [1]
Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989
Pendidikan
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. [1]
Menurut UU No. 20 tahun 2003.
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara. [1]
D. Definisi Manajemen Mutu
Di era industrialisasi yang
semakin ketat dan kompetitif seperti sekarang ini, menurut Gaspersz (2008:3)
setiap pelakuBISNIS
yang ingin
memenangkan kompetisi/pertandingan dalam dunia industri akan memberikan
perhatian penuh terhadap mutu. Nasution (2005:21) menegaskan hanya perusahaan
yang dapat menghasilkan mutu barang atau jasa yang sesuai dengan tuntutan
pelanggan dapat memenangkan persaingan tersebut. Cara terbaik agar dapat
bersaing dan unggul dalam persaingan global menurut Tjiptono dan Diana
(2003:10) yaitu dengan melakukan upaya/usaha perbaikan yang berkesinambungan
terhadap kemampuan manusia, proses, serta lingkungan, melalui penerapan
manajemen mutu. Berdasarkan hasil studi mengenai keberhasilan
perusahaan-perusahaan industri kelas dunia yang berhasil mengembangkan konsep
mutu dalam perusahaan, menurut Gaspersz (2008:4) lahirlah apa yang disebut
sebagai Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management, TQM).
Sedangkan Purnama (2006:51) mengemukakan TQM ( Management Mutu) ialah sistem terstruktur dengan serangkaian alat, teknik, dan filosofi yang didesain untuk menciptakan budaya perusahaan yang memiliki fokus terhadap konsumen, melibatkan partisipasi aktif para pekerja, dan perbaikan kualitas yang berkesinambungan yang menunjang tercapainya kepuasan konsumen secara total dan terus-menerus. Gaspersz (2008:266) mengemukakan TQM ( Management Mutu) ialah pendekatan manajemen sistematik yang berorientasi pada organisasi, pelanggan, dan pasar melalui kombinasi antara pencarian fakta praktis dan penyelesaian masalah, guna menciptakan peningkatan secara signifikan dalam kualitas, produktivitas, dan kinerja lain dari perusahaan
![Description: http://cdncache1-a.akamaihd.net/items/it/img/arrow-10x10.png](file:///C:/Users/Dudi-PC/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.png)
Sedangkan Purnama (2006:51) mengemukakan TQM ( Management Mutu) ialah sistem terstruktur dengan serangkaian alat, teknik, dan filosofi yang didesain untuk menciptakan budaya perusahaan yang memiliki fokus terhadap konsumen, melibatkan partisipasi aktif para pekerja, dan perbaikan kualitas yang berkesinambungan yang menunjang tercapainya kepuasan konsumen secara total dan terus-menerus. Gaspersz (2008:266) mengemukakan TQM ( Management Mutu) ialah pendekatan manajemen sistematik yang berorientasi pada organisasi, pelanggan, dan pasar melalui kombinasi antara pencarian fakta praktis dan penyelesaian masalah, guna menciptakan peningkatan secara signifikan dalam kualitas, produktivitas, dan kinerja lain dari perusahaan
E.
DEFINISI MANAJEMEN
PENDIDIKAN
Manjemen Pendidikan
mempunyai pengertian kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan. Kerjasama menyelenggarkan
sekolah itu harus dibina sehingga semua yang terlibat dalam urusan sekolah
tersebut memberikan sumbanganya secara maksimal. Kerja sama untuk mencapai
tujuan pendidikan dengan berbagai aspeknya ini dapat dipandang sebagai
manajemen pendidikan.
Kedua, manajemen pendidikan
mengandung pengertian proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses itu
dimulai dari perencanaan, pengorganisasiaan, pengarahan, pemantauan, dan
penilaiaan.
F.
DEFINISI MUTU
PENDIDIKAN
Mutu Pendidikan
adalah kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan efesien
terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan
nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma atau standar yang
berlaku.
Ciri-ciri Pendidikan di IndonesiaCara melaksanakan pendidikan di Indonesia sudah tentu tidak terlepas dari
tujuan pendidikan di Indonesia, sebab pendidikan Indonesia yang dimaksud di
sini ialah pendidikan yang dilakukan di bumi Indonesia untuk kepentingan bangsa
Indonesia.
G.
Fungsi Manajemen Mutu
Pendidikan
Manajemen
Mutu Terpadu Di Sekolah
Manajemen Mutu Terpadu yang diterjemahkan dari Total Quality Management (TQM) atau disebut pula Pengelolaan Mutu
Total (PMT) adalah suatu pendekatan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu
komponen terkait. M. Jusuf Hanafiah, dkk (1994:4) mendefinisikan Pengelolaan
Mutu Total (PMT) adalah suatu pendekatan yang sistematis, praktis, dan
strategis dalam menyelenggarakan suatu organisasi, yang mengutamakan
kepentingan pelanggan. pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan dan
mengendalikan mutu. Sedang yang dimaksud dengan Pengeloaan Mutu Total (PMT)
Pendidikan tinggi (bisa pula sekolah) adalah cara mengelola lembaga pendidikan
berdasarkan filosofi bahwa meningkatkan mutu harus diadakan dan dilakukan oleh
semua unsur lembaga sejak dini secara terpadu berkesinambungan sehingga
pendidikan sebagai jasa yang berupa proses pembudayaan sesuai dengan dan bahkan
melebihi kebutuhan para pelanggan baik masa kini maupun yang akan datang.
Komponen yang terkait dengan mutu
pendidikan yang termuat dalam buku Panduan Manajemen Sekolah (2000: 191) adalah
1) siswa : kesiapan dan motivasi belajarnya, 2) guru : kemampuan
profesional, moral kerjanya (kemampuan personal), dan kerjasamanya (kemampuan
social). 3) kurikulum : relevansi konten dan operasionalisasi proses
pembelajarannya, 4) dan, sarana dan prasarana : kecukupan dan keefektifan dalam
mendukung proses pembelajaran, 5) Masyarakat (orang tua, pengguna lulusan, dan
perguruan tinggi) : partisipasinya dalam pengembangan program-program
pendidikan sekolah. Mutu komponen-komponen tersebut di atas menjadi fokus
perhatian kepala sekolah.
Adapun prinsip dari MMT dalam buku
tersebut yaitu selama ini sekolah dianggap sebagai suatu Unit Produksi, dimana
siswa sebagai bahan mentah dan lulusan sekolah sebagai hasil produksi. Dalam
MMT sekolah dipahami sebagai Unit Layanan Jasa, yakni pelayanan
pembelajaran.
Sebagai unit layanan jasa, maka yang
dilayani sekolah (pelanggan sekolah ) adalah: 1) Pelanggan internal : guru,
pustakawan, laboran, teknisi dan tenaga administrasi, 2) Pelanggan eksternal
terdiri atas : pelanggan primer (siswa), pelanggan sekunder (orang tua,
pemerintah dan masyarakat), pelanggan tertier (pemakai/penerima lulusan baik
diperguruan tinggi maupun dunia usaha).
H.
TUJUAN MUTU PENDIDIKAN DISEKOLAH
Tujuan supervisi pengajaran secara
umum ialah memantau dan mengawasi kinerja para staf dan melaksanakan tugas
tanggung jawabnya masing-masing agar
para staf sekolah tersebut dapat bekerja secara profesional. Dan mutu
kinerjanya meningkat.
Aplikasi
teknik-teknik peningkatan mutu yang didasarkan pada data kualitatif dan
kuantitatif
• Upaya
pemberdayaan semua komponen sekolah
• Peningkatan
kapasitas dan kemampuan
organisasi
secara terus menerus untuk
memenuhi
tuntutan dan kebutuhan peserta didik dan masyarakat
![](file:///C:/Users/Dudi-PC/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image007.jpg)
Kriteria
tujuan yang baik
1. Semua
pihak yang akan terlibat diikutsertakan
dalam
menyusun tujuan/target
2. Jelas
3. Mudah
dipahami semua pihak yang
terlibat/terkait
4. Setiap
pihak yang terkait paham akan peran
dan kedudukannya
I.
Unsur-Unsur
Manajemen Mutu Pendidikan
Secara
garis besar, ada dua faktor utama yang mempengaruhi mutu proses dan hasil
belajar mengajar di kelas, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun yang
termasuk kedalam faktor internal berupa: faktor psikologis, sosiologis, dan
fisiologis yang ada pada diri siswa dan guru sebagai pebelajar dan pembelajar. Sedangkan
yang termasuk ke dalam faktor eksternal ialah semua faktor-faktor yang
memepengruhi proses belajar mengajar dikelas selain faktor yang bersumber dari
faktor guru dan siswa. Faktor-faktor tersebut berupa faktor: masukan
loingkungan, masukan peralatan, masukan eksternal lainnya (klaumeier, et
al:1995).
Kesemua
faktor-faktor internal dan eksternal tersebut harus menjaddi “perhatian bagi
guru dan siswa jika proses pendidikan di kelas ingin berhasil dengan baik”
(Bruner, 1980). Dan kesemua faktor-faktor tersebut “merupakan kondisi-kondisi
yang mempengaruhi proses dan hasil belajar (Gagne, 1990).
Oleh
karena itu, unmtuk mencapai mutu proses dan hasil belajar dan mengajar di
kelas, kedua pihak, yaitu peserta didik dan guru harus memiliki kondisi
kesehatan pancaindera yang prima. Selain itu, para guru sebagai pemeblajar
dikelas dan para peerra didik sebgai pebelajar dikelas, juga harus memeiliki
kondisi kesehatan fisik secara umum sehat.
Dari
segi mutu proses belajar mengajar, selain mutunya ditentukan oleh mutu masukan,
dalam hal ini mutu peserta didik diberbagai satuan pendidikan, juga ditentukan
oleh mutu masukan, dalam hal ini mutu
peserta didik diberbagai satuan pendidikan, juga ditentukan oleh mutu peserta
didik di berbagai satuan pendidikan, juga ditentukan oleh mutu masukan
instrumental dan masukan lingkungan. Masukan instrumental dan masukan
lingkungan. Masukan instrumental mencakup guru, kepala sekolah, staf
administrasi sekolah, guru bimbingan dan kosneling, dan staf sekolah lainnya;
media dan sumber belajar, alat-alat dan perlengkapan belajar, dan infrastruktur
atau fasilitass pendidikan di sekolah baik berbentuk perangkat lunak dan keras
yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar dikelas.
Berbagai ahli
pendidikan di Indonesia dan diluar negeri menyintesiskan bahwa mutu proses dan
mutu hasil belajar mengajar di kelas dapat dilihat dari beberapa indikator
sebagai berikut:
1.
Gruru
membuka peljaran dengan ucapan salam.
2.
Guru
melakukan presensi siswa.
3.
Guru
melakukan pengelolaan kelas
4.
Guru
menjelaskan materi pelajaran di kelas
![](file:///C:/Users/Dudi-PC/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image009.jpg)
![](file:///C:/Users/Dudi-PC/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image011.jpg)
![](file:///C:/Users/Dudi-PC/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image013.jpg)
J. Permasalahan
Masalah-masalah
yang dihadapi dalam pelaksanaan manajemen peningkatan mutu pendidikan
sebagaimana dikemukakan oleh Hanafiah, dkk adalah : pertama sikap mental para
pengelola pendidikan, baik yang memimpin maupun yang dipimpin. Yang dipimpin
bergerak karena perintah atasan, bukan karena rasa tanggung jawab. Yang
memimpin sebaliknya, tidak memberi kepercayaan, tidak memberi kebebasan
berinisiatif, mendelegasikan wewenang.
Masalah
kedua adalah tidak adanya tindak lanjut dari evaluasi program. Hampir semua
program dimonitor dan dievaluasi dengan baik, Namun tindak lanjutnya tidak
dilaksanakan. Akibatnya pelaksanaan pendidikan selanjutnya tidak ditandai oleh
peningkatan mutu.
Masalah
ketiga adalah gaya kepemimpinan yang tidak mendukung. Pada umumnya pimpinan
tidak menunjukkan pengakuan dan penghargaan terhadap keberhasilan kerja
stafnya. Hal ini menyebabkan staf bekerja tanpa motivasi. Masalah
keempat adalah kurangnya rasa memiliki pada para pelaksana pendidikan. Perencanaan
strategis yang kurang dipahami para pelaksana, dan komunikasi dialogis yang
kurang terbuka. Prinsip melakukan sesuatu secara benar dari awal belum
membudaya. Pelaksanaan pada umumnya akan membantu sustu kegiatan, kalau sudah
ada masalah yang timbul. Hal inipun merupakan kendala yang cukup besar dalam
peningkatan dan pengendalian mutu. (M. Jusuf Hanafiah dkk, 1994:8).
K. Analisis Masalah Dan Pemecahan Masalah
Sikap
mental bawahan yang bekerja bukan atas tanggung jawab, tetapi hanya karena
diperintah atasan akan membuat pekerjaan yang dilaksanakan hasilnya tidak
optimal. Guru hanya bekerja berdasarkan petunjuk dari atas, sehingga guru tidak
bisa berinisitiaf sendiri. Sementara itu pimpinan sendiri punya sikap mental
yang negatif dimana ia tidak bisa memberikan kesempatan bagi bawahan untuk
berkarir dengan baik, bawahan harus mengikuti pada petunjuk atasan, bawahan
yang selalu dicurigai, bawahan yang tidak bisa bekerja sesuai dengan caranya.
Kenyatan ini karena profil kepala sekolah yang belum menampilkan gaya entrepeneur dan gaya memimpin
situasional.
Penelitian
Usman (1996) menyimpulkan bahwa pelaksanaan Pengembangan Sekolah Seutuhnya
(PSS) di SMK mengalami kegagalan karena kepala sekolahnya masih cenderung
manampilkan gaya kepemimpinan otoriter, hal ini karena lemahnya kemandirian
sekolah akibat pembinaan pemerintah yang sangat sentralistik. Birokratik,
formalistik, konformistik, uniformistik dan mekanistik. Pembinaan yang demikian
ini tidak memberdayakan potensi sekolah. Akibatnya, setiap hierarki yang
berada di bawah kekuasaan bersikap masa bodoh, apatis, diam supaya aman,
menunggu perintah, tidak kreatif dan tidak inovatif, kurang berpartisipasi dan
kurang bertanggung jawab, membuat laporan asal
bapak senang dan takut
mengambil resiko.
Kelemahan
sistem sentralistik dengan komunikasi dari atas ke bawah lebih menekankan
fingsinya sebagai line of
command dan tidak fungsinya
sebagai line of services,
hal ini tampaknya merintangi perkembangan-perkembangan potensi SDM untuk
memcahkan masalah-masalah khusus on
the spot (Sutisna, 1972 dalam
Husaini Usman, 2001).Hal tersebut merupakan penghalang dalam pelaksanaan
manajemen mutu pendidikan, maka solusinya adalah dengan diadakannya penerapan
pendidikan yang tidak sentralistik, sehingga pola manajemen pendidikan dapat
disesuaikan dari pola lama ke pola baru.
Program
peningkatan mutu pendidikan tidak akan jalan jika setelah diadakannya
monitoring dan evaluasi tanpa ditindaklanjuti. Fungsi pengawasan (controlling)
dalam manajemen berguna untuk membuat agar jalannya pelaksanaan manajemen mutu
sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Pengawasan bertujuan
untuk menilai kelebihan dan kekurangan. Apa-apa yang salah dintinjau ulang dan
segera diperbaiki. Tidak adanya tindak lanjut bisa disebabkan karena rendahnya
etos kerja para pengelola pendidikan, iklim organisasi yang tidak menyenangkan.
Mengenai etos kerja Pidarta (1998), mengutip hasil penelitian Internasional
bahwa Indonesia sebagai bangsa termalas nomor tiga dari 42 negara termalas di
dunia. Temuan Pidarta tersebut mendukung temuan Muchoyar (1995, dan Rasyid,
1995 dalam Husaini Usman) yang menyatakan etos kerja dosen dan karyawan IKIP
cenderung rendah.
Agar
program dapat dimonitor dan ditindaklanjuti maka perlu melibatkan semua
pihak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan
partisipatif ialah suatu cara pengambilan keputusan yang terbuka dan demokratis
yang melibatkan seluruh stakeholders di dewan sekolah. Asumsinya jika
seseorang diundang untuk pengambilan keputusan, maka ia kan merasa dihargai,
dilibatkan, memiliki, bertanggung jawab. Pelibatan stakeholders didasarkan keahlian, batas kewenangan,
dan relevansinyan dengan tujuan pengambilan keputusan.
Gaya
kepemimpinan yang tidak mendukung, akan mengakibatkan gagalnya pelaksanaan
manajemen peningkatan mutu. Kepala sekolah harus senantiasa memahami sekolah
sebagai suatu sistem organic.
Untuk itu kepala sekolah harus lebih berperan sebagai pemimpin dibandingkan
sebagai manager. Sebagai leader maka kepala sekolah harus :
a. Lebih
banyak mengarahkan daripada mendorong atau memaksa
b. Lebih
bersandar pada kerjasama dalam menjalankan tugas dibandingkan bersandar pada
kekuasaan atau SK.
c. Senantiasa
menanamkan kepercayaan pada diri guru dan staf administrasi. Bukannya menciptakan
rasa takut.
d. Senantiasa
menunjukkan bagaimana cara melakukan sesuatu daripada menunjukkan bahwa ia tahu
sesuatu.
e. Senantiasa
mengembangkan suasana antusias bukannya mengembangkan suasana yang menjemukan
f. Senantiasa
memperbaiki kesalahan yang ada daripada menyalahkan kesalahan pada seseorang,
bekerja dengan penuh ketangguhan bukannya ogah-ogahan karena serba
kekurangan(Boediono,1998).
Menurut
Poernomosidi Hadjisarosa (1997 dalam slamet, PH, 2000), kepala sekolah
merupakan salah satu sumberdaya sekolah yang disebut sumberdaya manusia jenis
manajer (SDM-M) yang memiliki tugas dan fungsi mengkoordinasikan dan menyerasikansumberdaya
manusia jenis pelaksana (SDM-P) melalui sejumlah input manajemen agar SDM-P menggunakan
jasanya untuk bercampur tangan dengan sumberdaya selebihnya (SD-slbh), sehingga
proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik untuk menghasilkanoutput yang diharapkan.
Secara
umum, karakteristik kepala sekolah tangguh dapat dituliskan sebagai berikut
(Slamet, PH,2000) :
Kepala
sekolah: (a) memiliki wawasan jauh kedepan (visi) dan tahu tindakan apa yang
harus dilakukan (misi) serta paham benar tentang cara yang akan ditempuh
(strategi); (b) memiliki kemampuan mengkoordinasikan dan menyerasikan seluruh
sumberdaya terbatas yang ada untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi
kebutuhan sekolah (yang umumnya tak terbatas); (c) memiliki kemampuan mengambil
keputusan dengan terampil (cepat, tepat, cekat, dan akurat); (d) memiliki
kemampuan memobilisasi sumberdaya yang ada untuk mencapai tujuan dan yang mampu
menggugah pengikutnya untuk melakukan hal-hal penting bagi tujuan sekolahnya;
(e) memiliki toleransi terhadap perbedaan pada setiap orang dan tidak mencari
orang-orang yang mirip dengannya, akan tetapi sama sekali tidak toleran terhadap
orang-orang yang meremehkan kualitas, prestasi, standar, dan nilai-nilai; (f)
memiliki kemampuan memerangi musuh-musuh kepala sekolah, yaitu ketidakpedulian,
kecurigaan, tidak membuat keputusan, mediokrasi, imitasi, arogansi, pemborosan,
kaku, dan bermuka dua dalam bersikap dan bertindak.
1. Kepala sekolah menggunakan
"pendekatan sistem" sebagai dasar cara berpikir, cara mengelola, dan
cara menganalisis kehidupan sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah harus
berpikir sistem (bukan unsystem),
yaitu berpikir secara benar dan utuh, berpikir secara runtut (tidak
meloncat-loncat), berpikir secara holistik (tidak parsial), berpikir
multi-inter-lintas disiplin (tidak parosial), berpikir entropis (apa yang
diubah pada komponen tertentu akan berpengaruh terhadap komponen-komponen
lainnya); berpikir "sebab-akibat" (ingat ciptaan-Nya selalu
berpasang-pasangan); berpikir interdipendensi dan integrasi, berpikir eklektif
(kuantitatif + kualitatif), dan berpikir sinkretisme.
2. Kepala sekolah memiliki input manajemen
yang lengkap dan jelas, yangditunjukkan oleh kelengkapan dan kejelasan dalam
tugas (apa yang harus dikerjakan, yang disertai fungsi, kewenangan,
tanggungjawab, kewajiban, dan hak), rencana (diskripsi produk yang akan
dihasilkan), program (alokasi sumberdaya untuk merealisasikan rencana),
ketentuan-ketentuan/limitasi (peraturan perundang-undangan, kualifikasi,
spesifikasi, metoda kerja, prosedur kerja, dsb.), pengendalian (tindakan turun
tangan), dan memberikan kesan yang baik kepada anak buahnya.
3. Kepala sekolah memahami, menghayati,
dan melaksanakan perannya sebagai manajer (mengkoordinasi dan menyerasikan
sumberdaya untuk mencapai tujuan), pemimpin (memobilisasi dan memberdayakan
sumberdaya manusia), pendidik (mengajak nikmat untuk berubah), wirausahawan
(membuat sesuatu bisa terjadi), penyelia (mengarahkan, membimbing dan memberi
contoh), pencipta iklim kerja (membuat situasi kehidupan kerja nikmat),
pengurus/administrator (mengadminitrasi), pembaharu (memberi nilai tambah),
regulator (membuat aturan-aturan sekolah), dan pembangkit motivasi
(menyemangatkan).Catatan: manajer
tangguh, menurut hasil-hasil penelitian kelas kakap dunia, paling tidak
memiliki sejumlah kompetensi seperti berikut. Menurut Enterprising Nation (1995), manajer tangguh memiliki
delapan kompetensi, yaitu: (a) people
skills, (b) strategic
thinker, (c)visionary, (d) flexible
and adaptable to change, (e) self-management, (f) team player, (g)ability to
solve complex problem and makedecisions, and (h) ethical/high
personal standards. Sedang American
Management Association (1998)
menuliskan 18 kompetensi yang harus dimiliki manajer tangguh, yaitu: (a)efficiency
orientation, (b) proactivity,
(c)concern with impact,
(d) diagnostic use of concepts,
(e) use of unilateral power,
(f)developing others,
(g) spontaneity, (h) accurate self-assessment, (i) self-control, (j) stamina and adaptability, (k) perceptual objectivity, (l)positive
regard, (m) managing group process, (n) use of sosialized power, (o) self-confidence, (p) conceptualization, (q) logical thought, and(r) use of oral presentation.
4. Kepala sekolah memahami, menghayati,
dan melaksanakan dimensi-dimensi tugas (apa), proses (bagaimana), lingkungan,
dan keterampilan personal, yang dapat diuraikan sebagai berikut: (a) dimensi
tugas terdiri dari: pengembangan kurikulum, manajemen personalia, manajemen
kesiswaan, manajemen fasilitas, pengelolaan keuangan, hubungan
sekolah-masyarakat, dsb; (b) dimensi proses, meliputi pengambilan keputusan,
pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program, pengkoordinasian, pemotivasian,
pemantauan dan pengevaluasian, dan pengelolaan proses belajar mengajar; (c)
dimensi lingkungan meliputi pengelolaan waktu, tempat, sumberdaya, dan kelompok
kepentingan; dan (d) dimensi keterampilan personal meliputi organisasi diri,
hubungan antar manusia, pembawaan diri, pemecahan masalah, gaya bicara dan gaya
menulis (Lipham, 1974; Norton, 1985).
5. Kepala sekolah mampu
menciptakan tantangan kinerja sekolah (kesenjangan antara kinerja yang
aktual/nyata dan kinerja yang diharapkan). Berangkat dari sini, kemudian
dirumuskan sasaran yang akan dicapai oleh sekolah, dilanjutkan dengan memilih
fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran, lalu melakukan analisis
SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, Threat) untuk menemukan
faktor-faktor yang tidak siap (mengandung persoalan), dan mengupayakan
langkah-langkah pemecahan persoalan. Sepanjang masih ada persoalan, maka
sasaran tidak akan pernah tercapai.
6. Kepala
sekolah mengupayakan teamworkyang
kompak/kohesif dan cerdas, serta
membuat saling terkait dan terikat antar fungsi dan antar warganya, menumbuhkan
solidaritas/kerjasama/kolaborasi dan bukan kompetisi sehingga terbentuk iklim
kolektifitas yang dapat menjamin kepastian hasil/output sekolah.
7. Kepala sekolah menciptakan situasi
yang dapat menumbuhkan kreativitas dan memberikan peluang kepada warganya untuk
melakukan eksperimentasi-eksperimentasi untuk menghasilkan
kemungkinan-kemungkinan baru, meskipun hasilnya tidak selalu benar (salah).
Dengan kata lain, kepala sekolah mendorong warganya untuk mengambil dan
mengelola resiko serta melindunginya sekiranya hasilnya salah.
8. Kepala sekolah memiliki
kemampuan dan kesanggupan menciptakan sekolah
belajar .
9. Kepala sekolah memiliki kemampuan dan
kesanggupan melaksanakan Manajemen
Berbasis Sekolah sebagai
konsekuensi logis dari pergeseran kebijakan manajemen, yaitu pergeseran dari
Manajemen Berbasis Pusat menuju Manajemen Berbasis Sekolah (dalam kerangka
otonomi daerah). Untuk lebih jelasnya, lihat Gambar 2 "Pergeseran
Kebijakan dari Manajemen Berbasis Pusat menuju Manajemen Berbasis Sekolah"
(Slamet PH, 2000).
10. Kepala sekolah memusatkan perhatian
pada pengelolaan proses belajar mengajar sebagaikegiatan utamanya, dan
memandang kegiatan-kegiatan lain sebagaipenunjang/pendukung proses belajar mengajar. Karena
itu, pengelolaan proses belajar mengajar dianggap memiliki tingkat kepentingan
tertinggi dan kegiatan-kegiatan lainnya dianggap memiliki tingkat kepentingan
lebih rendah.
11.
Kepala sekolah mampu dan sanggup memberdayakan sekolahnya (Slamet PH, 2000),
terutama sumberdaya manusianya melalui pemberian kewenangan, keluwesan, dan
sumberdaya.
Kurangnya rasa memilikipada para pelaksana pendidikan. Perencanaan
strategis yang kurang dipahami para pelaksana, dan komunikasi dialogis yang
kurang terbuka. Prinsip melakukan sesuatu secara benar dari awalï belum
membudaya merupakan penghalang dalam pelaksanaan manajemen peningkatan mutu.
Untuk itu perlu ditanamkan kepada warga sekolah untuk mempunyai asa memiliki
bangga terhadap sekolahnya. Hal ini bisa terlaksana jika para warga sekolah itu
merasa puas terhadap pelayanan sekolah.
Dalam MMT (Manajemen Mutu Terpadu) keberhasilan sekolah diukur dari
tingkat kepuasan pelanggan, baik internal maupun eksternal. Sekolah dikatakan
berhasil jika mampu memberikan pelayanan sama atau melebihi harapan pelanggan.
Dilihat jenis pelanggannya, maka sekolah dikatakan berhasil jika :
1.
Siswa puas dengan layanan sekolah, antara lain
puas dengan pelajaran yang diterima, puas dengan perlakuan oleh guru maupun
pimpinan, puas dengan fasilitas yang disediakan sekolah. Pendek kata, siswa
menikmati situasi sekolah.
2.
Orang tua siswa puas dengan layanan terhadap
anaknya maupun layanan kepada orang tua, misalnya puas karena menerima laporan
periodik tentang perkembangan siswa maupun program-program sekolah.
3.
Pihak pemakai/penerima lulusan (perguruan
tinggi, industri, masyarakat) puas karena menerima lulusan dengan kualitas
sesuai harapan
4.
Guru dan karyawan puas dengan pelayanan
sekolah, misalnya pembagian kerja, hubungan antarguru/karyawan/pimpinan,
gaji/honorarium, dan sebagainya. (Panduan Manajemen Sekolah, 2000:193).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan Dan Saran
Berdasarkan uraian diatas maka dapat penulis disimpulkan sebagai
berikut :
1. Berdasarkan
rendahnya mutu SDM pada era otomomi daerah dan menyongsong era global, maka
perlu bagi pemerintah untuk memperbaiki mutu pendidikan nasional. Dalam
perbaikan mutu pendidikan tersebut manajemen mutu yang diadaptasi dari Total Quality Management yang ada Industri Modern, layak untuk
diadaptasai dalam Manajemen Pendidikan. Pada prinsipnya manajemen mutu ini
berbasis sekolah memberdayakan semua komponen sekolah, dan sekolah sebagai unit
produksi yang melayani siswa, orang tua, pihak pemakai/penerima lulusan, dan
guru/karyawan.
2. Masalah yang dihadapi
dalam pelaksanaan manajemen peningkatan mutu adalah sikap mental para pengelola
pendidikan, tidak adanya tindak lanjut dari evaluasi program, gaya kepemimpinan
yang tidak mendukung, kurangnya rasa memiliki para pelaksana pendidikan.
Dan belum membudayanya prinsip melakukan sesuatu secara benar dari awal.
Kendala-kendala itu disebabkan oleh adanya kepemimpinan yang tidak berjiwa
entrepeneur dan tidak tangguh, adanya sentralistrik manajemen pendidikan, dan
rendahnya etos kerja apara pengelola, kurangnya melibatkan semua pihak untuk
berpartisipasi.
Dari kesimpulan tersebut
penulisan ini perlu penulis sarankan sebagai berikut :
1. Manajemen
Peningkatan Mutu yang sering di seminarkan dan dikenalkan pada dunia
pendidikan, ternyata banyak warga sekolah terutama guru yang belum tahu, kenal,
dan memahami. Kebanyakan hanya diketahui oleh kepala sekolah, dan calon kepala
sekolah. Disarankan agar hal ini disebarluaskan dan betul-betul bisa
dilaksanakan di sekolah-sekolah.
2. Perlu
ditingkatkan etos kerja, motivasi, kerjasama tim, moral kerja yang baik, punya
rasa memiliki, mau bekerja keras agar Manajemen Mutu Pendidikan dapat terlaksana
secara optimal sehingga mampu menghasilkan Mutu SDM. Disamping itu diperlukan
seorang kepala sekolah yang berjiwa pemimpin dengan visi yang baik
DAFTAR
PUSTAKA :
Hadis Abdul, B. Nurhayati 2010. Manajemen
Mutu Pendidikan, Alfabeta, Bandung http://ciptaank.blogspot.com/2012/07/definisi-mutu.html https://id.wikipedia.org/wiki/Dasar_Pendidikan http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132243758/MANAJEMEN%20PENINGKATAN%20MUTU%20SEKOLAH.pdf
0 komentar:
Posting Komentar